Langsung ke konten utama

Terminal Peti Kemas (Container Terminal)

Terminal Peti Kemas (Container Terminal)

Pengangkutan dengan menggunakan peti kemas memungkinkan barang-barang digabung menjadi satu dalam peti kemas sehingga aktivitas bongkar muat dapat dimekanisasikan. Hal ini dapat meningkatkan jumlah muatan yang bisa ditangani sehingga waktu bongkar muat menjadi lebih cepat.

Ada beberapa jenis peti kemas yang tergantung pada tipe muatan yang diangkut, diantaranya adalah sebagai berikut :

a.     Dry cargo container  digunakan untuk mengangkut barang umum kering yang tidak memerlukan perlakuan khusus.

b.  Reefer container digunakan untuk mengangkut barang yang dikapalkan dalam keadaan dingin atau beku seperti daging/ikan segar, udang dan komoditi lainnya yang memerlukan pendinginan selama pengapalan. Selama pengangkutan didialam kapal, di darat (truk trailer atau kereta api) dan penyimpanan di container yard peti kemas dihubungkan dengan aliran listrik.

c.      Bulk container digunakan untuk mengangkut muatan curah seperti beras, gandum dan lain-lainnya.

Pengiriman barang dengan menggunakan peti kemas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu full container load (FCL) dan less than container load (LCL). Pada FCL seluruh isi peti kemas milik seorang pengirim atau penerima muatan, sedangkan dalam LCL peti kemas berisi beberapa pengirim yang masing-masing pengirim terdiri dari sejumlah muatan yang volumenya kurang dari satu peti kemas.

Penanganan Peti Kemas

Penanganan bongkar muat di terminal peti kemas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu lift on/lift off (Lo/Lo) dan roll on/roll off (Ro/Ro). Pemakaian kedua metode tergantung pada cara kapal bongkar muat terhadap muatannya. Pada metode Lo/Lo, bongkar muat dilakukan secara vertical dengan menggunakan crane, baik crane kapal, crane mobil dan/atau crane tetap yang ada di dermaga (container crane). 

Pada umumnya penanganan peti kemas dilapangan penumpukan (container yard) dapat dilakukan menggunakan sistem berikut ini.

1)         Forklift truck, reach stacker dan side loader yang dapat mengankat peti kemas dan menumpuknya sampai enam tingkat;

2)         Straddle carrier yang dapat menumpuk peti kemas dalam dua atau tiga tingkat;

3)         Rubber tyre gantry (RTG) yaitu crane peti kemas yang berbentuk portal beroda karet atau yang dapat berjalan pada rel, yang dapat menumpuk peti kemas sampai empat atau enam tingkat dan dapat mengambil peti tersebut lalu menempatkan di atas gerbong kereta api atau truck trailer.

4)         Gabungan dari beberapa sitem di atas.

Fasilitas Pada Terminal Peti Kemas

Pelabuhan terkemuka di Indonesia telah dilengkapi terminal yang khusus menangani angkutan peti kemas. Beberapa fasilitas di terminal peti kemas adalah dermaga, container yard (lapangan penumpukan peti kemas), container freight station (CFS), menara pengawas, bengkel pemeliharaan dan fasilitas lain seperti jalan masuk, gedung perkantoran, tempat parkir, dsb;

1.     Dermaga

           Pada umumnya dermaga peti kemas berbentuk wharf, hal ini mengingat beberapa hal berikut ini:

a.     Dermaga menerima beban cukup besar, baik beban peti kemas maupun beban peralatan untuk bongkar muat dan alat pengangkutan. Tanah dipinggir pantai mempunyai daya dukung yang lebih besar dibanding tanah di perairan (apabila dermaga berbentuk jetty atau pier).

b.     Terminal peti kemas memerlukan halaman luas untuk menampung peti kemas dalam jumlah banyak, yang biasa mencapai 10 ha atau lebih untuk tiap satu tambatan. Dibelakan  wharf biasa diperoleh lahan yang cukup luas dibanding dengan apabila dermaga bertipe jetty atau pier.

Namun demikian, ada juga dermaga terminal peti kemas yang berupa jetty, yaitu terminal peti kemas Tanjung Perak Surabaya. Dermaga berupa jetty yang menjorok ke laut untuk memperoleh kedalaman yang cukup bagi kapal peti kemas. Dengan menggunakan container crane peti kemas dibongkar dari kapal dan dibawa oleh truk trailer menuju ke lapangan penumpukan peti kemas yang berada di darat. Pembuatan jetty dimaksudkan untuk menghindari pengerukan pelabuhan dengan volume yang sangat besar. 

2.     Apron

Apron terminal peti kemas lebih lebar dibanding dengan apron untuk terminal lain, yang biasanya berukuran dari 20 m sampai 50 m. pada apron ini ditempatkan peralatan bongkar muat peti kemas seperti container crane, rel-rel kereta api dan jalan truk trailer, serta pengoperasian peralatan bongkar muat peti kemas lainnya. Fasilitas-fasilitas tersebut memberikan beban yang sangat besar pada dermaga dan harus diperhitungkan dengan teliti saat perencanaan. 

3.     Container Yard (Lapangan Penumpukan peti kemas)

Container Yard adalah lapangan untuk mengumpulkan, menyimpan dan menumpuk peti kemas; dimana peti kemas yang berisi muatan diserahkan ke penerima barang dan peti kemas kosong diambil oleh penerima barang. Pada terminal peti kemas modern/besar container yard dibagi menjadi beberapa bagian yaitu container yard untuk peti kemas export, container yard untuk peti kemas import, container yard untuk peti kemas dengan pendinging (refrigerated container) dan container yard untuk peti kemas kosong.

Lapangan ini berada di daratan dan permukaannya harus diberi perkerasan untuk bisa mendukung peralatan pengangkat/pengangkut dan beban peti kemas. Beban peti kemas bertumpu pada empat sudutnya. Penumpukan dapat dilakukan sampai tiga atau empat tingkat, dengan maksud untuk mengurangi luas container yard, tetapi menambah waktu penanganan muatan apabila peti kemas yang di bawah akan dikirim lebih dulu. container yard harus memiliki gang-gang baik memanjang maupun melintang untuk beroperasinya peralatan penanganan peti kemas. 

4.     Container Freight Station (CFS)

Container Freight Station adalah gudang yang disediakan untuk barang-barang yang diangkut secara LCL. Di CFS pada pelabuhan pemuatan, barang-barang dari beberapa pengirim dimasukan menjadi satu dalam peti kemas. Di pelabuhan tujuan/pembongkaran, peti kemas yang bermuatan LCL diangkut ke CFS dan kemudian muatan tersebut dikeluarkan dan ditimbun dalam gudang perusahaan pelayaran yang bersangkutan dan peti kemasnya ditempatkan di container yard untuk peti kemas kosong (empty container depot, ECD) untuk sewaktu-waktu digunakan lagi dalam kegiatan eksport. 

5.     Menara Pengawas

Menara pengawas digunakan untuk melakukan pengawasan disemua tempat dan mengatur serta mengarahkan semua kegiatan di terminal, seperti pengoperasian peralatan dan pemberitahuan arah penyimpanan dan penempatan  peti kemas.

6.     Bengkel Pemeliharaan

Mekanisme bongkar muat muatan di terminal peti kemas membutuhkan perawatan dan reparasi peralatan yang digunakan dan juga untuk memperbaiki peti kemas kosong yang akan digunakan lagi. Kegiatan tersebut dilakukan di bengkel perawatan. Sebelum peti kemas kosong dimasukan ke container yard, biasanya dilakukan pemeriksaan apakah ada kerusakan atau tidak. Apabila ada kerusakan maka dilakukan perbaikan sehingga peti kemas siap dipakai sewaktu-waktu. Bengkel pemeliharaan ini ditempatkan dekat dengan container yard untuk peti kemas kosong.

7.     Fasilitas Lain

Di dalam terminal peti kemas diperlukan pula beberapa fasilitas lainnya seperti jalan masuk, bangunan perkantoran, tempat parkir, sumber tenaga listrik untuk peti kemas khusus pendingin, suplai bahan bakar, suplai air tawar, penerangan untuk pekerjaan pada malam hari dan keamanan, peralatan untuk membersihkan peti kemas kosong dan peralatan bongkar muat, listrik tegangan tinggi untuk mengoperasikan crane.

Peralatan Bongkar Muat Terminal Peti Kemas

Peralatan bongkar muat peti kemas memudahkan dalam kegiatan operasionalnya, mengingat bahwa dimensi dari peti kemas sendiri yang besar. Untuk terminal peti kemas yang sudah melayani bongkar muat dengan kapasitas yang besar peralatan yang dipakai juga bermacam-macam seperti, container crane (CC) yang memiliki peran mengambil container dari kapal dipindah ke chasis atau sebaliknya. Peti kemas di bawa ke CY atau dermaga menggunakan Trailler yaitu Head Truck disambung dengan Chassis . Saat peti kemas mau di bawa dari CY atau mau ditumpuk di CY peti kemas tersebut di pindahkan menggunakan Rubber Tyred Gantry (RTG) atau Automatic Rubber Tyred Gantry (ARTG) . Namun untuk peti kemas yang tidak dapat ditangani oleh RTG atau ARTG maka penanganannya menggunakan Reach Stacker  atau Side Loader  atau Top Loader. Untuk kegiatan bongkar di CFS penanganan dibantu menggunakan Forklift baik electrik maupun disel.

Sistem Penanganan Peti Kemas di Lapangan Penumpukan

Pemindahan peti kemas dari kapal ke lapangan penumpukan peti kemas atau container yard maupun sebaliknya dilakukan menggunakan peralatan. Tata letak peti kemas di container yard tergantung pada sistem penanganan peti kemas yang digunakan. Selain itu, setiap alat memiliki ukuran yang berbeda sehingga memerluka lebar jalur yang berbeda dalam beroperasi.

Berdasarkan pada peralatan yang digunakan container yard, sistem penanganan peti kemas dapat dibedakan menjadi empat tipe :

1.     Sistem chassis

Pada sistem ini peti kemas ekspor ditaruh di atas chasis dan ditempatkan di container yard. Peti kemas dan chasisnya ditarik oleh traktor menuju dermaga dan kemudian container crane mengangkat peti kemas dari chasis yang masih berada di dermaga. Kemudian traktor membawanya kembali ke container yard. Sistem ini memungkinkan peti kemas dapat di ambil setiap saat karena peti kemas tidak ditumpuk. Sistem chassis cocok untuk pengiriman door to door. Selain itu jumlah muatan yang rusak dapat dikurangi karena peti kemas tidak sering diangkat. Tetapi sistem ini mempunyai kekurangan yaitu diperlukan lapangan yang luas dan chassis dalam jumlah banyak.

2.     Sistem fork lift truck

Pada sistem ini peti kemas dari container yard di muat keatas tractor-trailer dan dibawa ke dermaga, yang kemudian diangkat oleh container crane mengambil peti kemas dari kapal dan menempatkannya di atas tractor-trailer yang masih berada di dermaga dan membaawanya ke container yard. Penanganan peti kemas di container yard dapat dilakukan dengan menggunakan fork lift truck, reach stacker dan/atau side loader.  Peralatan dapat menumpuk peti kemas bermuatan penuh dengan ketinggian susun sampai dua atau tiga tumpukan. Peti kemas kosong dapat di tumpuk hingga empat susun. Untuk dapat menahan beban peti kemas dalam beberapa tumpukan, lapangan penumpukan perlu diperkeras agar dapat menahan beban. Pada sistem ini terdapat terdapat gang cukup lebar untuk memungkinkan peralatan dapat bergerak dengan lancar. container yard ukuran peti kemas 40 kaki memerlukan lebar 18 m, sedangkan untuk peti kemas 20 kaki diperlukan lebar 12 m. Penanganan peti kemas dengan sisitem forklift dan reach stacker ini adalah yang paling ekonomis dan untuk terminal kecil. Forklift digunakan untuk terminal yang menangani sekitar 60.000-80.000 TEUs per tahun, sedangkan reach stacker untuk menangani peti kemas pada terminal dengan kapasitas sekitar 200.000 TEUs sampai 300.000 TEUs. Biasanya satu container crane dilayani oleh 3-5 tractor-trailer dan 2 reach stacker. Jumlah tracktor-trailer tergantung pada jarak antara dermaga dan container yard.

3.     Sistem straddle carrier

Penanganan peti kemas dengan sistem straddle carrier banyak digunakan pada container yard. Peti kemas yang dibongkar dari kapal diletakan di apron yang kemudian diangkut dengan menggunakan straddle carrier ke container yard untuk ditata dalam dua atau tiga tumpukan. Untuk meningkatkan efisiensi, penanganan peti kemas dapat dilakukan dengan membawa peti kemas dari der maga ke container yard kemudian straddle carrier mengangkut dan menyusun peti kemas di container yard. Pada saat peti kemas datang straddle carrier memindahkan dari chassisnya menuju ke tempat penyimpanan di atas tanah atau di atas peti kemas lainnya jika penyimpanan dilakukan dalam penumpukan. Apabila peti kemas akan dikapalkan, straddle carrier memindahkan peti kemas pada chasis yang ditarik traktor dan membawanya ke dermaga untuk dinaikan ke kapal oleh gantry crane. Apabila peti kemas siap dikirim, straddle carrier menempatkannya pada truk trailer yang membawanya keluar pelabuhan. Kelebihan dari sistem ini adalah dimungkinkan menyimpan peti kemas dalam tumpukan sampai tiga tumpuk sehingga dapat mengurangi luas container yard. Sedangkan kekurangannya adalah pada setiap pemindahan peti kemas diperlukan kembali mengangkut peti kemas ke truck trailer. Sistem straddle carrier ini digunakan pada terminal yang melayani peti kemas sebanyak lebih dari 100.000 TEUs per tahun. Biasanya satu gantry crane dilayani oleh tiga sampai 5 straddle carrier.

4.     Sistem rubber tyred gantry crane

Pada sistem ini container crane menurunkan peti kemas dari kapal dan dimuat di atas traktor trailer yang kemudian membawanya ke salah satu blok pada lapangan penumpukan peti kemas. Selanjutnya rubber tyred gantry crane (RTG) menyusun peti kemas dalam enam sampai sembilan baris dan penumpukan sampai lima atau enam tingkat. Pada sistem ini tidak memerlukan gang yang lebar, sehingga pemakain container yard lebih efektif. Untuk luas yang sama dapat ditumpuk peti kemas dalam jumlah yang lebih banyak dari pada menggunakan sistem yang lain. Sistem ini digunakan untuk terminal yang melayani lebih dari 200.000 TEUs per tahun. Satu container cranedilayani oleh 2-3 traktor trailer dan 2 RTGC, yang tergantung pada jarak antara dermaga dan container yard. Kebanyakan terminal peti kemas yang besar dan sibuk menggunakan sistem ini.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

jingle, yel, soal LCC 4 Pilar

JINGLE   LCC 4 PILAR KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA Jingle LCC Generasi muda Indonesia Generasi penerus bangsa Jujur Cerdas Cermat dan berbudi pekerti Maju bersama bangun Indonesia Jaya.... Kobarkan semangat pancasila Genggam teguh Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Dan Bhineka Tunggal Ika... Ho...o...o.....ho...... Jadilah yang terbaik Cerdas Cermat MPR Cerdas Cermat MPR (Ulangi Satu Kali Lagi) GENERASI KEBANGGAN BANGSA ! BERSATU DAN OPTIMIS SALAM KEBANGGAN   LCC 4 PILAR KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA SMA NEGERI 1 SEPONTI TEAM A L        : SMANSA SEPONTI   (di baca ala Afika) M       : IYA..... L        :KENALAN DULU YUK M       : YUK, YA, YUK..... ( di baca agak alay) L        ...